Singaraja–Membangun usaha yang mengedepankan etika dan keberlanjutan masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM di Bali, terutama di tengah persaingan pasar yang semakin kompetitif. Tantangan ini tidak hanya berkaitan dengan strategi penjualan atau akses terhadap modal usaha, tetapi juga menyangkut nilai dasar seperti kejujuran, tanggung jawab, dan konsistensi dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Nilai-nilai tersebut sering kali belum menjadi bagian yang melekat dalam praktik bisnis sehari-hari.
Kondisi ini terungkap dari hasil Pra-riset yang dilakukan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha). Berdasarkan wawancara dengan lima konsumen dari sektor UMKM kuliner dan kerajinan, ditemukan beberapa keluhan, seperti ketidaksesuaian antara harga dan kualitas produk, informasi yang kurang transparan, serta minimnya perhatian terhadap kebersihan dan lingkungan. Temuan tersebut menunjukkan adanya kesenjangan antara pemahaman tentang etika dan penerapannya dalam kegiatan usaha.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, tim PKM-RSH Undiksha yang diketuai oleh Agus Made Surya Suwastika, dengan anggota Ni Kadek Abigail Emilia Putri, Komang Mahendra, Kadek Duwi Aditiya, dan I Gede Agus Deva Arthamahendra, mengembangkan penelitian berjudul “Tri Kaya Parisudha sebagai Pilar Etika Bisnis: Menguji Pengaruhnya terhadap Kinerja Bisnis Berkelanjutan UMKM di Provinsi Bali.” Penelitian ini berupaya mengangkat nilai-nilai lokal Bali, yaitu Manacika (berpikir yang benar), Wacika (berucap yang benar), dan Kayika (bertindak yang benar), sebagai dasar penguatan etika dalam pengelolaan usaha mikro dan kecil.
Tri Kaya Parisudha diyakini memiliki relevansi tinggi sebagai panduan moral yang dapat diterapkan secara praktis dalam usaha lokal. Nilai-nilai ini dinilai mampu mendorong pelaku UMKM untuk menjalankan bisnis secara lebih bertanggung jawab, jujur, dan selaras dengan lingkungan sosial maupun alam sekitar. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, dengan melibatkan 130 pelaku UMKM dari berbagai sektor, yang telah beroperasi minimal dua tahun di seluruh wilayah Bali. Metode yang digunakan adalah explanatory sequential mixed method, diawali dengan survei kuantitatif melalui kuesioner, dan dilanjutkan dengan wawancara serta observasi lapangan untuk memperkuat validitas temuan.
Melalui pendekatan tersebut, tim menganalisis sejauh mana penerapan Tri Kaya Parisudha berkontribusi terhadap peningkatan kinerja bisnis berkelanjutan. Beberapa indikator yang dianalisis mencakup efisiensi penggunaan sumber daya, pengelolaan limbah, keterbukaan informasi kepada konsumen, serta pengendalian biaya usaha. Hasil awal menunjukkan bahwa pelaku UMKM yang menerapkan nilai-nilai tersebut cenderung lebih konsisten dalam menjaga kualitas layanan dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan pelanggan. Sebagai bagian dari kontribusi nyata, tim menyusun sejumlah luaran seperti laporan akhir, artikel ilmiah, serta publikasi informasi edukatif melalui media sosial. Langkah ini bertujuan agar hasil penelitian dapat dimanfaatkan secara lebih luas oleh pelaku UMKM, lembaga pembina, dan masyarakat umum sebagai referensi dalam membangun praktik usaha yang etis dan berkelanjutan.
Kegiatan ini merupakan wujud implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang tidak hanya menghasilkan kajian ilmiah, tetapi juga memberikan dampak langsung terhadap pengembangan UMKM berbasis kearifan lokal. Diharapkan pendekatan ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengembangkan etika bisnis yang sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan di bawah bimbingan dosen pendamping, Made Putri Ariasih, S.Si., M.M., yang turut berperan dalam mengarahkan tim agar penelitian berjalan secara sistematis dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan dukungan ini, program diharapkan mampu memberikan kontribusi berkelanjutan dalam memperkuat UMKM sebagai tulang punggung perekonomian lokal yang beretika dan berintegritas.













